Kak,
Pernahkah kau mendengarku?
Setelah mimpi menjadi petaka
Dan bintang enggan bersinar
Tetap memeluk selimut awan
Yang terang berhamburan
Bersama sang penerang esok
Kak,
Pernahkah kau melihatku?
Ketika angin benar-benar jemu
Dan uap air kian melenggok
Hujan pun jadi
Kak,
Kapan kau nyanyikan lagi?
Di saat mentari mulai tersenyum
Aduan air tersapu riang
Saat matahari kembali ke peraduannya
Lantunan asma-Nya kian menggema
Mengisi ruang-ruang kosong
Di pelupuk jiwa
Kak,
Harapanku bukan berarti sesalku
Impianku bukan berarti kehancuranku
Tapi lihatlah sang penyejuk alam
Kian giat sabar menunggu kalam
Inspired by :
Mohammad Jihan Kholid
Mohammad Aris Fahmi
Arya Dinata
*puisi ini aku tulis pas di tengah-tengah ngerjain try out IPA, karena berpusing” ria akhirnya malah jadi coretan” gak jelas kayak gini.”
Rembang, 10 Februari 2011
(Hari yang penuh dengan harapan seseorang)
No comments:
Post a Comment