Aku mengingat akan buramnya malam
Di keheningan malam itu
Kian miris rasanya
Jika cuma air mata yang teralir tiap malamnya
Do’aku Cuma tinggal sebuah ucapan yang tak ada gunanya
Cuma rasa hampa yang sejurus pada ingatanku
Tentang hal itu
Aku terus berjalan di keheningan malam
Sampai kutemukan titik terang,
Yang mungkin terus menjadi terang
Atau redup kemudian
Yang jelas,
Aku terseret ke arahnya
Dan menjauh dari kegelapan malam
Aku tersandar pada bahu
Sesosok yang temaniku,
Belum lama sakit itu hilang
Cuma sesosok itu harapanku
Semoga
No comments:
Post a Comment