Wednesday, September 22, 2010

"Tersenyumlah,....."

Di antara dinginnya lambaian angin dan hujan, aku berharap ada yang mengerti. Kenapa aku melakukannya lagi. Kian lambat waktu ini rasanya, jika mereka sudah lantunkan semuanya. Memang, renta hati ini tak tau jalan terang justru lepas menuju masalah baru.Saat itu, kacamata sudah tak ada gunanya lagi. "Aku benci dunia ini...!" teriakku dalam hati, hingga setetes air mata keluar dari pelupuk mataku. "Apa kamu gak mikir?? Idemu itu gila!" hanya itu kata-kata yang berputar di otakku. Berjalan entah ke mana, kuhiraukan pun enggan. Menunduk, salah...takkan pernah kubayangkan. Naila, gadis yang dulu lugu sekarang... Entah apa yang mengubahku. Mungkin, virus kecil telah menhipnotisku. Yakin sudah aku, selamat tinggal diriku yang dulu. "Aku takkan bisa kembali."isakku. Tapi, "Kau tak perlu kembali ke masa lalumu, yang sekarang hadapilah dengan senyuman kau akan mengerti, biarkan waktu yang menentukan." Sebuah pesan singkat tlah runtuhkan semua egoku. Karena nasi sudah menjadi lontong, kuturuti apa yang dia kata. Entah kekuatan apa, senyum. Dia benar! "Jangan buat dirimu bersedih, tersenyumlah semuanya akan menjadi mudah." Kalaupun aku menolak, magnet tetaplah magnet. Takkan hilang medannya jika kau mendekat. Ku bertanya, "Bisakah aku melawan kejamnya dunia?? aku hanya anak kecil!". Lagi-lagi, "Kamu emang lebih kecil daripada aku, dan bukan berarti kamu akan menjadi kecil selamanya." Sekarang, tinggal riuh angin dan iringan musik yang buat suasana makin classik. Detik-detik berlalu, dedaunan runtuh dengan sendirinya. "Kapan giliranku??" itu yang terpikir olehku jika lihat mereka jatuh dengan santainya.Frere...je ne sais pas..! je ne comprend pas! La plage est-elle bonne??

No comments:

Post a Comment